CATU DAYA
Saya menemukan artikel ini di kumpulan
arsip-arsip tulisan saya,entah tahun berapa saya menyusunnya.Sepertinya artikel ini sangat berguna,jadi saya muat di blog
ini.
Segala instrumen
elektronik memerlukan sumber daya DC untuk beroperasi.Ada beberapa yang
menggunakan sumber daya dari baterai, namun pada umumnya sumber daya diperoleh
dari suatu rangkaian yang mengubah tegangan dari jaringan listrik (220 V, 50
Hz) menjadi suatu nilai tegangan DC.
Pencatu daya
dituntut memberikan arus dan tegangan DC dengan toleransi tegangan kecil,
tegangan catu yang tidak dipengaruhi oleh tegangan masukan dan beban, dan
tegangan kerut (ripple) yang rendah.Ini berarti pencatu daya harus
melakukan stabilisasi dan regulasi yang baik.
Rangkaian dasar
catu daya setengah gelombang atau gelombang penuh memiliki tegangan keluaran
yang bukanlah suatu nilai DC yang konstan.Walaupun setelah melewati filter yang
berupa kondensator, namun diatas keluaran DC tersebut menumpuk suatu gelombang
bolak – balik yang disebut ripple atau kerut.Gambar 1a. adalah rangkaian dasar
catu daya dengan penyearah gelombang penuh yang menggunakan dua buah dioda dan
trafo bertap tengah (CT), sedangkan gambar 1.b. menggunakan penyearah
jembatan dan trafo tanpa bertap tengah.
(a)
(b)
Gambar 1. Rangkaian
dasar catu daya dengan
(a)
penyearah gelombang penuh menggunakan dua buah dioda
dan (b) menggunakan penyearah jembatan.
Setelah rangkaian penyearah dan filter, suatu catu
daya membutuhkan rangkaian pengatur tegangan.Salah satu jenis rangkaian
pengatur tegangan yang menggunakan transistor adalah pengatur seri.Rangkaian
pengatur seri sederhana diperlihatkan dalam gambar 2.R1 membatasi arus yang
melalui dioda zener ke suatu taraf yang aman.Suatu tegangan yang pasti timbul
pada dioda zener.Tegangan di emitor adalah tegangan pada dioda zener dikurangi
tegangan sambungan basis-emitor yang besarnya kira - kira 0,7 Volt.Karena
arus yang diberikan ke beban mengalir melalui transistor, dioda zener daya
rendah dapat digunakan tanpa memperhatikan kebutuhan arus dari
beban.Kondensator C1 digunakanuntuk menolak setiap desis biasa atau desis dari
jaringan yang muncul pada dioda zener.
Gambar 2.Rangkaian Pengatur Tegangan.
Agar dapat memberikan arus yang lebih tinggi
kepada beban maka digunakan sepasang darlington sebagai ganti dari transistor tunggal.Dalam
gambar 3., digunakan transistor yang kuat dan berdaya tinggi sebagai
Tr2.Diantara basis Tr1 dan emitor Tr2 terdapat tegangan jatuh yang berkisar 1
Volt.Bila digunakan dioda zener 15 Volt, maka di emitor Tr2 terdapat tegangan
kira - kira 14 Volt.Untuk meminimalkan tegangan jatuh tersebut dapat digunakan
transistor germanium untuk Tr1
Gambar 3. Menggunakan pasangan darlington sebagai ganti transistor tunggal.
Untuk rangkaian digital yang melibatkan banyak IC TTL dan LED 7 segment,
diperlukan rangkaian catu daya 5 Volt yang dapat memberikan arus yang cukup
besar.Rangkaian lengkap catu daya tersebut diperlihatkan pada gambar 4.Rangkaian
tersebut menggunakan rangkaian pengatur tegangan umpan balik.Sejumlah tegangan
keluaran diumpan balikkan kepada basis Tr2.Rangkaian catu daya pada gambar 4
merupakan variasi dari pengatur seri yang telah diberikan sebelumnya.Tegangan
di C1 dapat dihitung dengan cara dibawah ini :
U C1 = 9 Volt x √2
– 1,4
= 11,3 volt
1,4 merupakan
penurunan tegangan oleh dioda penyearah.Tegangan kerja kondensator harus selalu
lebih tinggi dari tegangan yang melintasinya.Trafo harus mampu mengeluarkan
arus 1,5 kali lebih besar dari arus yang dibutuhkan rangkaian.
Walaupun cukup sederhana tetapi rangkaian catu daya tersebut mempunyai
stabilitas yang baik terhadap tegangan masukan dan beban.Untuk keperluan
tegangan keluaran yang lain, maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap tegangan
sekunder Trafo, D5, R2, dan VR.
Gambar 4.
Rangkaian catu daya 5 Volt menggunakan pengatur tegangan umpan
balik.
Untuk keperluan laboratorium atau eksperimen kita memerlukan catu daya
variabel.Dengan catu daya tersebut kita dapat memenuhi kebutuhan berbagai macam
rangkaian yang sedang dirancang atau diuji.Rangkaian catu daya variabel dapat
dilihat pada gambar 5. Dalam rangkaian tersebut, Tr1 dan Tr2 bertugas sebagai
penguat kesalahan yang dirangkai sebagai penguat differensial.Rangkaian
tersebut meningkatkan stabilitas tegangan keluaran terhadap perubahan
temperatur sekitar.Tegangan acuan yang diperoleh melalui dioda zener 3,9 Volt
diberikan ke penguat differensial lewat basis Tr1 dan disitu diperbandingkan
dengan tegangan keluaran yang diperoleh dari potensiometer.Bila tegangan
keluaran turun yang disebabkan bertambahnya beban, maka arus basis Tr2
mengecil, maka lewat Tr2 pun berkurang arusnya sehingga menaikkan tegangan
kolektor.Hal ini menyebabkan Tr3 lebih menghantar dan memaksa keluaran kembali
pada tegangan yang sangat mendekati nilai semula.Kebalikannya terjadi bila
tegangan keluaran naik oleh suatu sebab.
Untuk menaikkan tegangan keluaran maksimalnya maka tegangan sekunder
trafo dapat diganti dengan yang lebih tinggi sedangkan tegangan minimalnya
sesuai dengan tegangan dari dioda zener yang dipakai, yaitu 3,9 Volt.Rangkaian
catu daya tersebut paling tidak dapat memberikan arus sebesar 2 A.
Gambar 5.Catu daya dengan tegangan keluaran yang dapat diatur.
Selain menggunakan transistor, catu daya variabel juga dapat dibuat
menggunakan op-amp (Gambar 6).Tegangan acuan diberikan kepada penguat tak
membalik (+) sedangkan masukan membalik ( - ) mendapatkan tegangan keluaran
lewat potensiometer.Karena op-amp berpenguatan tinggi, maka hanya sedikit
selisih di antara kedua masukan akan menyebabkan keluaran op-amp berayun dalam
saturasi positif atau negatif.Dalam rangkaian tersebut digunakan IC 741 yang
merupakan penguat differensial dengan penguatan yang sangat tinggi, sehingga
dapat dibuat catu daya yang relatif sederhana dengan kehandalan tinggi.
Gambar 6.Rangkaian catu daya variabel menggunakan op amp.
Dengan adanya IC pengatur tegangan tipe 78xx dan 79xx, dapat dibuat
pencatu daya dengan sedikit komponen eksternal yang distabilkan dengan prima.IC
dengan tiga kaki ini yaitu masukan, ground, dan keluaran, mudah didapatkan dan tersedia untuk tegangan keluaran dari 5
Volt sampai dengan 24 Volt.Semua tipe dilengkapi pembatas arus keluaran dan
pelindung pembebanlebihan termik intern.Gambar 7 adalah rangkaian catu daya 5
Volt menggunakan IC 7805.IC 7805 memberikan tegangan keluaran 5 Volt dengan
arus sampai 1A.Untuk arus keluaran yang lain juga tersedia misalnya 78L05 yang
dapat memberikan arus sampai dngan 100 mA.Agar IC pengatur tegangan dapat
bekerja dengan baik, tegangan masukan harus lebih tinggi dari tegangan keluaran
yang diperlukan.Karena adanya variasi tegangan jaringan, maka langkah yang baik
bila ada tegangan lebih 5 Volt sampai 10 Volt di kondensator C1.Untuk catu daya
5 Volt, dapat dipakai trafo dengan tegangan sekunder 9 Volt sehingga tegangan
di C1 menurut perhitungan adalah 11,3 Volt.Kondensator C2 dipasang secara fisik
sedekat mungkin dengan kaki IC pengatur tegangan.Kondensator ini terutama
diperlukan bila IC pengatur tegangan berada jauh dari kondensator C1.Rangkaian
tersebut juga dapat digunakan untuk pencatu daya dengan tegangan keluaran yang
lain.Untuk IC 7812 dapat menggunkan trafo dengan tegangan sekunder 15 Volt.
Gambar 7.Rangkaian catu daya 5 V menggunakan IC pengatur tegangan.
Beberapa rangkaian misalnya yang menggunakan op-amp membutuhkan catu
daya negatif, selain catu daya positif.Rangkaian catu daya ganda atau simetris
±12 Volt diperlihatkan pada gambar 8. Rangkaian tersebut menggunakan trafo
bertap tengah.Untuk mendapatkan tegangan negatif digunakan IC pengatur tegangan
7912.Sama seperti rangkaian sebelumnya, catu daya tersebut juga dapat digunakan
untuk IC pengatur tegangan dengan tegangan keluaran yang lain.
Gambar 8.Rangkaian catu daya simetris +/- 12 V.
Agar dapat memberikan arus keluaran yang lebih tinggi, maka dapat
ditambahkan transistor daya pada rangkaian catu daya, seperti diperlihatkan
pada gambar 9. Terdapat sedikit tegangan jatuh yang diakibatkan tegangan
sambungan basis-emitor transistor.Untuk catu daya positif menggunakan
transistor NPN sedangkan catu daya negatif menggunakan transistor PNP.
Gambar 9. Menggunakan transistor agar IC pengatur
tegangan dapat memberikan arus yang lebih tinggi, (a) Catu daya positif
menggunakan transistor NPN dan (b) catu daya negatif menggunakan transistor
PNP.
Walaupun IC pengatur tegangan tipe 78xx dan 79xx dirancang untuk
tegangan keluaran yang tertentu, tetapi dengan tambahan komponen eksternal kita
dapat mengubah besarnya tegangan keluaran tersebut.Salah satunya adalah
mengunakan dioda yang dihubungkan ke terminal ground dari IC (Gambar 10).Dalam
gambar tersebut menggunakan contoh pengatur tegangan 7805 dan di keluarannya
terdapat tegangan sebesar 5,6 Volt.
Gambar 10. Menambahkan sebuah dioda pada pengatur
tegangan positif dan negatif untuk mengubah besarnya tegangan keluaran.
Bila menggunakan dua buah dioda, maka tegangan keluarannya sebesar 6,2
Volt (Gambar 11).Rangkaian tersebut juga dapat diterapkan pada pengatur
tegangan seri 79xx.
Gambar 11. Menggunakan dua buah dioda untuk mengubah
tegangan keluaran.
Dioda zener juga dapat digunakan untuk keperluan tersebut (Gambar 12).Tegangan keluaran adalah
penjumlahan besarnya tegangan keluaran IC dengan tegangan dioda zener, tentu
saja tegangan masukan harus melebihi hasil penjumlahan tersebut.
Gambar 12. Bila menggunakan dioda zener, maka
tegangan keluaran adalah penjumlahan tegangan dioda zener dengan tegangan
keluaran IC pengatur tegangan.
Selain IC pengatur tegangan dengan tegangan keluaran yang tetap, juga
tersedia IC untuk tegangan keluaran yang dapat diatur.Salah satunya adalah LM
317, yang merupakan IC pengatur tegangan positif 3 terminal yang dapat
distel.LM 317 mempunyai jangkah tegangan keluaran antara 1,2 Volt sampai dengan
37 Volt.dengan arus 1,5 A, dan juga memiliki pembatas arus keluaran dan
pelindung pembebanlebihan termik intern.Tegangan keluaran dapat dihitung dengan
rumus :
Vo = 1,25 V ( 1 + R2/R1)
IC ini memerlukan dua resistor ekstern untuk menyetel tegangan keluaran
yang salah satunya dapat memakai potensiometer, untuk tegangan keluaran
variabel.Untuk pengatur tegangan negatifnya adalah LM 337.
Gambar 13. Catu daya menggunakan IC pengatur
tegangan dengan tegangan keluaran yang dapat diatur.
Rangkaian catu daya dengan tegangan keluaran yang variabel seperti pada
gambar 6,dan13.membutuhkan meter tegangan pada panel depannya untuk menunjukkan
tegangan keluarannya.Lebih baik bila terdapat juga meter arus.Gambar 14
menjelaskan pemasangan meter tegangan dan arus pada rangkaian catu daya.
Gambar 14. Penambahan meter tegangan dan arus pada
catu daya.
Sebagai alternatif meter - meter tersebut, maka dapat digunakan meter
untuk arus kecil misalnya 100 uA sebagai meter tegangan dan arus.Selanjutnya
meter - meter tersebut dapat dikalibrasi dengan membandingkan dengan alat ukur
yang presisi lalu memberi tulisan dan angka - angka yang sesuai pada meter - meter
tersebut.Nilai resistor - resistor tersebut dapat disesuaikan menurut
kebutuhan.
Biasakan Menyebut Sumbenya Bila Mengutip